Apa sih cerita rakyat itu?
Dari namanya sendiri, cerita
rakyat berarti cerita yang hidup di tengah-tengah rakyat. Cerita rakyat
seringkali dituturkan oleh ibu kepada anaknya entah itu untuk sekedar mengisi
waktu kosong, atau sebelum si anak tidur. Dari sejarahnya, cerita rakyat itu
pertama kali diturunkan secara lisan dari satu generasi kepada generasi yang
lebih muda. Meskipun sekarang tradisi mendongeng ini semakin sedikit karena
kesibukan orang tua yang memiliki jadwal jauh lebih padat daripada para orang
tua jaman dulu dan mengingat anak jaman sekarang yang memandang cerita rakyat
ataupun mendongeng adalah sebuah tradisi yang kuno.
Dulu, cerita rakyat jarang ada
yang dituliskan mengingat tukang cerita yang menuturkannya belum tentu bisa
membaca, sehingga cerita rakyat cenderung mengalami perubahan jika diceritakan
kembali oleh orang yang berbeda. Berbeda dengan sastra tertulis yang hidup di
istana kerajaan yang memiliki bukti nyata berupa tulisan dalam naskah-naskah
kuno. Tapi, tidak jarang ada pula cerita rakyat yang kemudian diangkat menjadi
sastra tertulis karena kehendak istana. Itu pun ceritanya kemudian disusun
kembali dan disesuaikan dengan kehendak istana.
Apa yang menjadi ciri khas cerita rakyat?
Cerita rakyat mencakup suatu
bidang yang cukup luas, cerita-cerita, ungkapan, peribahasa, nyanyian, adat
resam, undang-undang, teka-teki, permainan, kepercayaan dan perayaan yang
kesemuanya itu bisa didapatkan di dalam cerita rakyat. Dengan mengkaji cerita
atau sastra rakyat, dapat diketahui pandangan dunia, nilai kemasyarakatan dan
masyarakat yang mendukungnya.
Menurut Liaw Yock Fang, cerita
rakyat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
- Cerita asal-usul
Atau bahasa
kerennya dongeng aetiologis. Merupakan
cerita rakyat paling tua yang sudah bisa dimasukkan ke dalam bidang mitos, dan
cerita yang dianggap benar-benar terjadi oleh penceritanya. Cerita asal-usul,
bukan saja menceritakan asal mula suatu tempat atau desa. Tapi juga menceritakan
penciptaan alam semesta seperti bumi, matahari, bulan, dan manusia. Ada pula
asal-usul berbagai tanaman dan tumbuh-tumbuhan, dan binatang. Atau penjelasan
mengapa di tepi sungai hutan rimba banyak pohon-pohon yang tinggi, atau bahkan
penyebab tongkol jagung berlubang dan lain sebagainya. Mau tahu beberapa dongeng aetiologis? Bisa baca di Ringkasan Beberapa Dongeng Aetiologis.
- Cerita binatang.
Yang biasa
disebut dengan cerita fabel, dimana binatang-binatang diceritakan memiliki
kemampuan dan berlaku layaknya manusia. Cerita binatang ini termasuk jenis
sastra rakyat yang sangat populer, karena masing-masing bangsa di dunia ini
memiliki cerita binatang. Kayak bangsa Melayu, Jepang, India, dll. Cuman
anehnya, ada cerita-cerita binatang dari beberapa bangsa yang punya banyak
persamaan. Seperti contohnya cerita Kancil yang lomba lari dengan Siput. Nah,
ternyata cerita perlombaan dua binatang itu tidak hanya dimiliki oleh
Indonesia, seorang. Tapi juga ada di India, Eropa, Jepang, dll. Yang berbeda
adalah jenis binatangnya. Nah, kalau di Indonesia kan yang berlomba lari adalah
Kancil dan Siput. Kalau di India beda lagi. Yang berlomba justru Kura-kura dan
Burung Garuda yang dipercaya sebagai tunggangan Dewa Wisnu. Kalau di Eropa yang
berlomba adalah Kura-kura dan Kelinci. Di cerita lain pun begitu juga.
Loh, kok bisa sih ada kesamaan cerita seperti itu? Jangan-jangan yang lainnya ngeplagiat lagi.
Hehehe, kayak
kasusnya sinetron yang ngeplagiat drama aja ah. Sampai sekarang sih, belum
ditemukan kebenarannya kayak gimana. Tapi ada lumayan banyak teori dari para
sarjana yang seneng dongeng /heh yang mencoba menjawab pertanyaan di atas. Ada
yang bilang karena cerita-cerita binatang itu sumber aslinya dari India, terus
kesebar di Asia dan Eropa. Uhm… emang bener sih. Mengingat di India memang
banyak ditemukan kumpulan cerita binatang yang katanya Liaw Yock Fang
‘masyhur’, macem cerita Jataka, Pancatantra, dan Sukasapti (dan penulis belum baca tiga-tiganya, hehe /plak).
Soalnya, dalam pandangan orang-orang India tuh, semua makhluk—entah yang
bentuknya dewa, jin, atau manusia, bahkan binatang—itu sama aja. Mereka percaya
manusia itu kalau menititis (?) mungkin bakalan jadi binatang. Gitu juga
binatang yang mungkin bisa jadi manusia juga. Jadi karena kepercayaan gitu kali
ya binatang dibikin sama kayak manusia, bisa ngomong dan berpikir. Kalau
misalnya manusia yang dibikin kayak binatang? Hm… mungkin banyak juga terdapat
di dunia ini. Hehe.
Teori lain bilang beda lagi. Mereka berpendapat kalau cerita binatang tuh lahir dalam masyarakat yang primitif di mana saja. Jadi, gak mesti di India doang. Nah, masyarakat primitif ini kan manusianya masih tinggal di gua, terus tiap hari temenannya sama binatang aja. Jadi mereka lalu bergantung pada binatang buat hidup. Jadi, mereka tahu banget sifat-sifat binatang. Terus, binatang juga dikasih sifat-sifat manusia, dan bagi mereka perbedaan bentuk fisik tuh tidak penting. Duh, duh, duh, kayak Tarzan aja ya? Hehe. Salah satu contoh cerita binatang adalah Hikayat Pelanduk Jenaka.
- Cerita jenaka
Cerita jenaka,
ya berarti ceritanya jenaka. Kalau dari KBBI sih, arti dari jenaka adalah
“membangkitkan tawa, kocak, lucu; menggelikan”. Jadi, kalau misalnya ada orang
yang sukanya melucu, belum tentu jenaka karena belum tentu dia bisa
membangkitkan tawa. Tapi, kalau ada orang yang gak ngomong aja udah bikin orang
ketawa, nah berarti itu badut /hei!
Eh tapi,
ternyata di kamus A Malay-English
Dictionary-nya R. J. Wilkinson, jenaka tuh memiliki arti, “wily, full of
stratagem”. Jadi cerita jenaka itu bisa juga diartikan sebagai cerita mengenai
tokoh yang lucu, menggelikan, atau licik dan licin.
Tahu gak sih,
cerita jenaka tuh lahir karena manusia tuh lebay. Sebagai contoh tuh, kalau mau
menceritakan kebodohan manusia, yang tercipta adalah tokoh yang bodoh banget.
Kalau contoh di dalam cerita rakyat tuh, Pak Pandir. Kalau dalam kehidupan
sehari-hari, silakan lihat TV aja dan pilih channel yang banyak acara
lawak-lawakannya hehe.
Selain
pembodohan, ada juga tuh, kalau mau menceritakan ke-hoki-an manusia, dibikin
hoki banget, contohnya dalam cerita rakyat ya Pak Belalang. Terus kalau mau
bikin tokoh licik, jadi licik banget kayak cerita Si Luncai. Kalau malang
banget, ya kayak cerita Lebai Malang. Dan kalau mau yang lucu banget ya Abu
Nawas.
Cerita jenaka
tuh merupakan bagian dari sastra dunia. Kalau dalam sastra Jerman dan Belanda,
ada tokoh terkenal yang namanya Uilenspiegel
(uil: burung hantu, spiegel: cermin). Kalau dalam sastra
Arab-Turki, ada yang namanya Jaha atau Khoja Nasreddin yang kalau dalam
Arab-Parsi dikenal dengan nama Abu Nawas. Nah kalau dalam sastra Nuantara, orang
Batak dikenal paling banyak tokoh-tokoh jenakanya, macem Ama ni Pandir, Si Lahap, Si Bilolang, dan Si Jonaha atau Jonaka.
Terus Sunda juga punya Kebayan. Cuman
Kebayan ini tuh lebih ke merangkum semua ciri cerita jenaka. Kadang dia bodoh
banget, kadang-kadang dia juga licik, dan ada juga diceritain dia mujur dan
selamat dari bahaya yang mengancamnya. Kalau dalam Sastra Jawa sih, cerita
jenaka kurang berkembang. Apa karena orang Jawa suka serius, ya, makanya cerita
jenaka gak laku. Hehe /plak. Uhm, tapi mungkin karena dalam pewayangan sendiri
ada tokoh Punakawan yang selalu muncul dengan tingkah jenaka kayak Semar,
Petruk, Gareng, dan Bagong.
- Cerita pelipur lara
Bahasa
kerennya folk-romance. Orang Melayu
sendiri yang namain kayak gituan. Kenapa? Karena cerita pelipur lara adalah
jenis cerita yang berguna buat melipur hati yang lara, yang duka nestapa, dan
galau. Nah, kan dulu gak ada yang namanya radio, TV, film. Jadi kalau lagi
galau, makin merana deh karena sendirian, gak kayak anak muda jaman sekarang,
yang galau dikit langsung pergi ke bioskop /heh.
Nah, karena
itulah cerita pelipur lara jadi satu-satunya hiburan buat yang laranya terluka
/elah ah. Kalau matahari sudah terbenam, terus orang kampung udah pada makan
dan mulai istirahat, saat itulah si tukang cerita mulai beraksi. Bercerita
dengan nada yang merata seolah-olah membaca dari sebuah kitab. Sampai larut
malam, cerita itu terus berlanjut. Nah, kalau misalnya dalam satu malam aja
belum selesai ceritanya, lanjut lagi ke malam berikutnya, dan episode dua dan
seterusnya pun dimulai. Macem sinetron aja ye.
Nah, hebatnya
tuh, si tukang cerita gak pernah bikin kesalahan dalam bercerita meskipun dia
gak bisa baca tulis. Si tukang cerita ini dinamai sahibul hikayat, dan dia bercerita tuh demi mencari nafkah dari
satu kampung ke kampung yang lain. Dan karena cuman si sahibul hikayat ini satu-satunya hiburan, so jelaslah kedatangannya
selalu disambut hangat sama orang kampung.
0 komentar:
Posting Komentar