17/03/15

Menghayati Perjalanan Sejarah Kehidupan Dan Kebudayaan


Hari itu cuaca seakan mendukung harapan kami. Semenjak pagi, tak ada sapaan hujan yang di hari sebelumnya selalu mengguyur kota Jogjakarta. Ya, mungkin karena harapan dan semangat kami jauh lebih menggebu daripada kemauan langit untuk menjatuhkan butiran air.
Sejak adzan Shubuh berkumandang, official para penari untuk persiapan penampilan hari Sabtu, 7 Maret 2015 sudah berkoar-koar untuk membangunkan para penari demi memenuhi janji mereka agar berhadir di FIB UGM pada jam yang telah ditentukan. Tindakan itu—membangunkan para penari—sangat diperlukan mengingat kebanyakan di antara mereka sangat sulit untuk bangun pagi.
Mereka mulai latihan untuk mengisi acara di Seminar Nasional Anti Korupsi sejak tanggal 28 Februari 2015. Semula penari yang berkemauan untuk turut memberikan penampilan tersebut berjumlah 13 orang sebelum pada akhirnya Dhani mengundurkan diri karena kesibukannya di kampus. Jadilah, 12 orang lelaki yang berasal dari tiga universitas berbeda-beda itu memasukkan jadwal latihan Rapai dalam jadwal harian mereka selama satu minggu.
Latihan selalu dimulai pada jam 16.00, namun sayangnya kebiasaan terlambat masih tetap menggelayuti pundak mereka, sehingga tak jarang official mereka misuh-misuh sembari menunggu kedatangan para penari. Hal ini seakan menjadi ritual tak tertulis yang selalu dilakukan oleh para penari Rampoe setiap kali ada agenda latihan.
Namun, hasil tidak pernah mengkhianati prosesnya. Dengan suksesnya penampilan Rapai dalam acara seminar nasional Pemuda Anti Korupsi, Sabtu, 7 Maret 2015 lalu, semakin meningkatkan kepercayaan diri para penari lelaki angkatan 5 Rampoe UGM untuk bisa kembali tampil di kesempatan berikutnya. Penampilan itu tak hanya ditonton oleh kalangan mahasiswa yang menghadiri seminar nasional tersebut, namun juga dilihat oleh perwakilan KEMENPORA, perwakilan KPK, hingga perwakilan dari universitas-universitas yang ada di Indonesia.
Meskipun pada malam sebelumnya banyak terjadi perubahan pada gerakan tarian yang akan ditampilkan, hal itu tidak membuat para penari patah semangat. Penampilan yang dibawakan oleh 12 orang penari dan 1 orang syahi ini mendapatkan tepuk tangan meriah dari para penonton. Ada 9 gerakan yang mereka tampilkan dalam waktu 15 menit di atas panggung. Meskipun pada akhirnya mereka tidak jadi menampilkan formasi bunga yang menjadi formasi andalan pada salah satu gerakan tarian, penampilan mereka tetap mampu memuaskan, memukau, dan menghibur para penonton.
Add caption
Luar biasa sekali saya dapat berkesempatan untuk tampil Rapai Geleng bersama kawan Rampoe UGM di ION’s. Apresiasi peonton yang meriah menunjukkan bahwasanya mereka terhibur. Itu semua tak lepas dari totalitas dan rasa semangat kita saat latihan,” komentar Ridwan, salah satu penari Rapai saat ditanya bagaimana kesannya saat turut tampil pada acara tersebut. Meskipun dia mengakui dia melakukan beberapa kesalahan saat penampilan, dia tetap memberikan senyuman, seperti apa yang dikatakan oleh salah satu seniornya di Rampoe UGM, bahwa “menarilah untuk membuat orang bahagia, karena itu, tersenyumlah saat menari”.
Penari Rapai Geleng yang turut tampil di ballroom ION’s itu terdiri dari 8 orang dari angkatan 5 dan 4 orang dari angkatan 4. Penampilan ini merupakan penampilan Rapai keempat kalinya bagi angkatan 5. Meskipun masih terbilang memiliki pengalaman yang sedikit, itu tidak membuat mereka pesimis untuk tampil bersama angkatan 4 yang memiliki pengalaman jauh lebih banyak dari mereka. Justru mereka belajar banyak dari senior mereka yang turut merapat di dalam barisan mereka dan selalu menyertai mereka dalam satu minggu latihan mereka.
Tidak ada sesuatu yang paling istimewa selain duduk rapat sambil menghayati perjalanan sejarah kehidupan dan kebudayaan. Itulah yang aku maknai dengan indahnya kebersamaan,” ujar Nazar saat ditanya mengenai kesannya selama latihan dan penampilan di Seminar Nasional Pemuda Anti Korupsi. Tambahnya, “Apalagi ditambah dengan temanya—tema seminar—yang begitu menggugah, Pemuda Anti Korupsi.”
Mahasiswa tahun kedua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di UIN Kalijaga itu berharap bahwa semoga para generasi muda untuk selalu mencintai dan melestarikan budayanya, dan bukan justru tetap melestarikan budaya yang jelek seperti korupsi.