Hari
itu cuaca seakan mendukung harapan kami. Semenjak pagi, tak ada
sapaan hujan yang di hari sebelumnya selalu mengguyur kota
Jogjakarta. Ya, mungkin karena harapan dan semangat kami jauh lebih
menggebu daripada kemauan langit untuk menjatuhkan butiran air.
Sejak
adzan Shubuh berkumandang, official
para penari untuk persiapan penampilan hari Sabtu, 7 Maret 2015 sudah
berkoar-koar untuk membangunkan para penari demi memenuhi janji
mereka agar berhadir di FIB UGM pada jam yang telah ditentukan.
Tindakan itu—membangunkan para penari—sangat diperlukan mengingat
kebanyakan di antara mereka sangat sulit untuk bangun pagi.
Mereka
mulai latihan untuk mengisi acara di Seminar Nasional Anti Korupsi
sejak tanggal 28 Februari 2015. Semula penari yang berkemauan untuk
turut memberikan penampilan tersebut berjumlah 13 orang sebelum pada
akhirnya Dhani mengundurkan diri karena kesibukannya di kampus.
Jadilah, 12 orang lelaki yang berasal dari tiga universitas
berbeda-beda itu memasukkan jadwal latihan Rapai dalam jadwal harian
mereka selama satu minggu.
Latihan
selalu dimulai pada jam 16.00, namun sayangnya kebiasaan terlambat
masih tetap menggelayuti pundak mereka, sehingga tak jarang official
mereka misuh-misuh
sembari menunggu kedatangan para penari. Hal ini seakan menjadi
ritual
tak tertulis yang selalu dilakukan oleh para penari Rampoe setiap
kali ada agenda latihan.
Namun,
hasil tidak pernah mengkhianati prosesnya. Dengan suksesnya
penampilan Rapai dalam acara seminar nasional Pemuda Anti Korupsi,
Sabtu, 7 Maret 2015 lalu, semakin meningkatkan kepercayaan diri para
penari lelaki angkatan 5 Rampoe UGM untuk bisa kembali tampil di
kesempatan berikutnya. Penampilan itu tak hanya ditonton oleh
kalangan mahasiswa yang menghadiri seminar nasional tersebut, namun
juga dilihat oleh perwakilan KEMENPORA, perwakilan KPK, hingga
perwakilan dari universitas-universitas yang ada di Indonesia.
Meskipun
pada malam sebelumnya banyak terjadi perubahan pada gerakan tarian
yang akan ditampilkan, hal itu tidak membuat para penari patah
semangat. Penampilan yang dibawakan oleh 12 orang penari dan 1 orang
syahi ini mendapatkan tepuk tangan meriah dari para penonton. Ada 9
gerakan yang mereka tampilkan dalam waktu 15 menit di atas panggung.
Meskipun pada akhirnya mereka tidak jadi menampilkan formasi bunga
yang menjadi formasi andalan pada salah satu gerakan tarian,
penampilan mereka tetap mampu memuaskan, memukau, dan menghibur para
penonton.
![]() |
Add caption |
“Luar
biasa sekali saya dapat berkesempatan untuk tampil Rapai Geleng
bersama kawan Rampoe UGM di ION’s. Apresiasi peonton yang meriah
menunjukkan bahwasanya mereka terhibur. Itu semua tak lepas dari
totalitas dan rasa semangat kita saat latihan,” komentar Ridwan,
salah satu penari Rapai saat ditanya bagaimana kesannya saat turut
tampil pada acara tersebut. Meskipun dia mengakui dia melakukan
beberapa kesalahan saat penampilan, dia tetap memberikan senyuman,
seperti apa yang dikatakan oleh salah satu seniornya di Rampoe UGM,
bahwa “menarilah untuk membuat orang bahagia, karena itu,
tersenyumlah saat menari”.
Penari
Rapai Geleng yang turut tampil di ballroom ION’s itu terdiri dari 8
orang dari angkatan 5 dan 4 orang dari angkatan 4. Penampilan ini
merupakan penampilan Rapai keempat kalinya bagi angkatan 5. Meskipun
masih terbilang memiliki pengalaman yang sedikit, itu tidak membuat
mereka pesimis untuk tampil bersama angkatan 4 yang memiliki
pengalaman jauh lebih banyak dari mereka. Justru mereka belajar
banyak dari senior mereka yang turut merapat di dalam barisan mereka
dan selalu menyertai mereka dalam satu minggu latihan mereka.
“Tidak
ada sesuatu yang paling istimewa selain duduk rapat sambil menghayati
perjalanan sejarah kehidupan dan kebudayaan. Itulah yang aku maknai
dengan indahnya kebersamaan,” ujar Nazar saat ditanya mengenai
kesannya selama latihan dan penampilan di Seminar Nasional Pemuda
Anti Korupsi. Tambahnya, “Apalagi ditambah dengan temanya—tema
seminar—yang begitu menggugah, Pemuda Anti Korupsi.”
Mahasiswa
tahun kedua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di UIN Kalijaga itu
berharap bahwa semoga para generasi muda untuk selalu mencintai dan
melestarikan budayanya, dan bukan justru tetap melestarikan budaya
yang jelek seperti korupsi.